4/03/2012

Latah : "BBM Naik!"

Akhir pekan yang lalu, saya sempatkan untuk berkunjung ke tanah kelahiran. Sambil menjenguk saudara yang sakit lupus, sekalian bersilaturahmi dengan keluarga setelah sekian bulan tidak bertemu. Sepulang menjenguk saudara yang sakit, bersama keponakan kami berbincang-bincang di ruang tamu bersama ibuku.  Selama ngobrol, sesekali kami berhenti karena kehadiran pembeli di warung ibuku. Warung itu sudah buka semenjak saya masih kecil, bahkan semenjak belum lahir di rumah panggung kami.

Keheranan saya saat ada seorang membeli salah satu bahan pokok. Sangat jelas ibuku berbicara kepadanya, "BBM naik, jadi harga pada naik!".
Saya kaget, karena DPR memutuskan bahwa kenaikan harga BBM ditunda. Namun, kenyataannya harga sebagian bahan pokok sudah naik sekitar Rp. 1000,- sampai Rp. 2000,-. Bahkan berita pagi mengabarkan harga cabe merah naik 100%. Bagimana hal ini bisa terjadi? Apakah mekanisme pasar yang menjadi penyebabnya atau kenakalan dari para pedagang dan atau para tengkulak?

Pedagang yang menaikkan harga beralasan dari tengkulaknya juga harganya sudah naik. Tengkulak beralasan untuk berjaga-jaga seandainya harga naik dan mengurangi kerugian. Sebagian mengkritik DPR dan pemerintah yang plin-plan, tidak tegas dan tidak berpihak pada kepentingan rakyat. Jadi, siapa yang salah? Apakah mencari kambing hitam akan menyelesaikan masalah? Sementara itu, masyarakat kecil semakin terhimpit dengan kenaikan beberapa bahan pokok.

Akhirnya semua kembali kepada pribadi masing-masing. Tidak ada pedagang (pejabat) yang ingin rugi. Namun, haruskah mengorbankan hati nurani untuk suatu keuntungan yang sifatnya relatif?

No comments:

Post a Comment